Katakanlah "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri". Jawaban: saya termasuk orang yang beriman kepada Allah sehingga dalam hidup ini saya sudah pasti pernah mendapat ujian dari Allah. hal ini karena tidak ada satupun orang yang beriman kepada Allah yang tidak mendapat ujian dari Allah. bahkan nabi dan rasul utusan Allah juga mendapat ujian dari Allah. Kitaharus percaya bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu secara sia-sia karena Allah Maha Bijaksana. Keimanan seseorang akan bertambah setelah ia mengalami cobaan. Maka orang tidak bisa dikatakan beriman ketika orang itu belum dicoba keimanannya dengan cobaan. DialahPelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (At-Taubah 51) Allah sedang mengingatkan kita akan salah kita akan apa yang pernah kita lakukan dan kita ucapkan dari bibir atau hati. Mungkin Allah mempunyai jalan yang lebih baik untuk kita, mungkin Allah ingin menanamkan nikmatNya agar terasa Tidakada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.—— 3aJT7KY. loading...Ujian sebagai ciri disayang Allah Taala, bisa dalam bentuk musibah atau kebahagiaan, agar manusia senantiasa selalu bersyukur dan taat kepasaNya. Foto ilustrasi/ist Muslimah, sejatinya Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan ujian kepada manusia untuk melihat seberapa besar kemampuan manusia dalam menjalani dan melewati permalahan hidup tersebut. Ibarat sebuah ujian di sekolah, dimana guru memberikan lembar soal ujian yang bertujuan agar siswa mampu memecahkan permasalahan, kemudian hasilnya akan dinilai oleh guru hingga di akhir semester. Hal tersebutpun sama dengan ujian hidup, Allah SWT memberikan ujian kepada manusia untuk mengetahui setiap kemampuan hamba-hamba-Nya dalam memecahkan permasalahan hidup, baik masalah harta, anak, keluarga, tempat kerja , ataupun masalah-masalah lainnya. Baca Juga Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan sungguh, Kami benar-benar menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, lapar, krisis moneter, krisis jiwa dan krisis kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, Innalilahi wa ina ilaihi rajiun Kami milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali’. Mereka lah orang-orang yang mendapatkan keberkahan dan kasih sayang dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk,” QS. Al Baqarah 155-157.Bahkan Nabi Shallallahau alaihi wa sallam bersabda “Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” HR. At Tirmidzi. Baca Juga Mengutip beberapa sumber, ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajaran apabila kita ditimpa musibah atau ujian hidup, di antaranya1. Berdasarkan hadis Nabi SAW diatas yang berbunyi, “…Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. ..”. Maka hal ini menandakan bahwa setiap ujian manusia terima adalah sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada Dengan adanya ujian hidup membuat diri kita semakin bersabar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT “Adakah kalian mau bersabar?”,QS. Al Furqon 20. Artinya bahwa Allah memberikan ujian itu ingin melatih kebiasaan kita agar belajar Melatih kita untuk belajar bersyukur. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWTوَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ‌ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ‏"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat beraQS. Ibrahim 7. Baca Juga Sedangkan tanda-tanda ketika manusia diberi ujian sebagai tanda kasih sayang Allah kepadanya, antara lain1. Mendapat cobaan dan musibahJangan berpikir bahwa hamba yang diberikan cobaan terus menerus artinya Allah membencinya. Justru hamba yang diberikan kesenangan dan harta melimpah secara tidak langsung juga diuji. Padahal ujian yang lebih sulit sebenarnya adalah menjaga titipannya seperti halnya harta. Hal ini dijelaskan dalam firman – Nya surat Al Anbiya ayat 35, penjelasannya sebagai berikut “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” al – Anbiya’ 352. Terjaga dari kehidupan duniaAllah akan senantiasa menjaga hamba – hamba – Nya yang beriman dan bertakwa di dunia. Tidak akan membiarkan terjerumus dalam kemaksiatan. Dan selalu menjaga hamba tersebut dengan ketentraman dan juga ketenangan hati. Baca Juga PERNAHKAH Anda merasa bahwa hidup ini selalu susah dan tak sebahagia orang lain di sekitar Anda? Merasa susah, sedih dan kecewa pada dasarnya adalah suatu hal yang wajar. Percaya atau tidak, semua orang pasti pernah merasa susah, sedih dan kecewa. Hanya saja, tidak semua orang akan mengeluh dengan hal itu. Beberapa orang akan tetap bersabar dan bersyukur dengan segala kesusahan yang mereka terima. Terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, kesusahan dan kekecewaan adalah suatu hal yang sangat buruk. Tak hanya buruk bagi kesehatan psikis, berlarut-larut dalam kesedihan dan merasa bahwa Allah telah memberi ujian yang sangat berat juga akan membuat kesehatan fisik Anda semakin buruk. Sebenarnya, selama kita bisa senantiasa berpikir dengan jernih dan menerima ujian yang diberikan Allah kepada kita dengan lapang dada serta tanpa adanya putus asa juga kecewa, percayalah bahwa ujian tersebut adalah teguran untuk kita agar kita semakin dekat dengan-Nya. BACA JUGA Khutbah Jumat Memaksimalkan Waktu, Manifestasi Syukur Nikmat Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah SAW bersabda “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya membawa kebaikan untuk dirinya, dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” HR Muslim Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya adalah sabar dan sebagian lainnya adalah syukur.” Dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda kemahakuasaan Allah. Allah berfirman “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kemehakuasaan Allah bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur.” QS Luqmaan 31. BACA JUGA Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini? Imam Ibnul Qayyim berkata “Hadits di atas menunjukkan bahwa tingkatan-tingkatan iman seluruhnya berkisar antara sabar dan syukur.” Kehidupan seorang mukmin seluruhnya bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik dalam kondisi yang terlihat membuatnya senang ataupun susah. Seorang hamba yang sempurna imannya akan selalu bersyukur kepada Allah ketika senang dan bersabar ketika susah, maka dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada Allah dalam segala ketentuan takdir-Nya, sehingga kesusahan dan musibah yang menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya. Orang yang tidak beriman akan selalu berkeluh kesah dan murka ketika ditimpa musibah, sehinnga semua dosa dan keburukan akan menimpanya, dosa di dunia karena ketidaksabaran dan ketidakridhaannya terhadap ketentuan takdir Allah, serta di akhirat mendapat siksa neraka. Keutamaan dan kebaikan dalam semua keadaan hanya akan diraih oleh orang-orang yang sempurna imannya. Rukun sabar ada tiga yaitu menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah, menahan lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah, seperti menampar wajah ketika terjadi musibah, merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya. Rukun syukur juga ada tiga mengakui dalam hati bahwa semua nikmat itu dari Allah Ta’ala, menyebut-nyebut semua nikmat tersebut secara lahir dengan memuji Allah dan memperlihatkan bekas-bekas nikmat tersebut dalm rangkan mensyukurinya, menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah. Adanya ujian dalam hidup kita juga merupakan peringatan bagi kita agar kita tak pernah lupa akan keberadaan-Nya. Seberat apapun ujian yang Anda terima, itu adalah tanda bahwa Allah sangat menyayangi kita. Ujian tersebut juga merupakan cara Allah untuk membuat Anda lebih kuat dalam menjalani kehidupan. Ketika Anda mampu melewati setiap ujian yang menimpa dengan sabar, kuat dan penuh penerimaan, dipastikan bahwa Anda akan menemukan kebahagiaan yang tiada taranya. BACA JUGA Ketegaran Hati Aisyah saat Diterpa Ujian “Dan sesungguhnya Kami memberikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” QS. Al Baqarah 155 “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” QS. Az Zumar 10 Ketika Anda menerima ujian, percaya saja bahwa Allah telah mempercayakan Anda bahwa Anda bisa melewati setiap ujian yang diberikanNya. Allah, tak akan pernah menguji setiap hambaNya dengan ujian yang tak bisa diselesaikan oleh hambaNya tersebut. Adanya ujian, rasa kecewa yang mendalam dan kesedihan yang menyiksa jiwa serta raga sebenarnya adalah sebuah ketetapan yang diambil Allah agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat. Menjadi pribadi yang tak pernah menyerah dan pribadi yang gampang putus asa. BACA JUGA Orang Baik Banyak Ujiannya Jika Anda pernah berpikir bahwa hidup Anda tak lebih bahagia dari orang lain, lihat lagi orang lain yang lebih susah dari Anda. Sesusah dan sesedih apapun ujian yang sedang Anda hadapi, masih banyak orang-orang di luar sana yang ujiannya lebih berat dari yang Anda alami. Hanya saja, orang lain di luar sana mungkin saja bisa senantiasa sabar dan menampakkan wajah bahagia karena mereka percaya Allah akan selalu bersamanya. Mereka percaya bahwa Allah tak akan memberikan ujian di luar batas kemampuannya. Jangan pernah berlarut-larut dalam kesedihan karena Anda sedang diuji atau mengalami kesusahan. Semakin Anda larut dalam kesusahan, semakin stres dan menyedihkan hidup yang akan Anda rasakan. Semakin Anda sedih dan susah karena ujian yang Anda hadapi, akan semakin mudah bagi psikis dan fisik untuk tumbang. Ini juga sangat memungkinkan bahwa Anda akan dipandang sebelah mata oleh orang lain, dipandang menyedihkan dan dipandang tak berguna. Kalau memang ingin temukan kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan dengan nuansa indah luar biasa, pastikan untuk melewati setiap ujian dengan senyuman. Pastikan untuk menyelesaikan setiap ujian dengan hati yang penuh kesabaran juga penerimaan. Percayakan semuanya pada Allah. BACA JUGA Jangan Lupa Bersyukur! Allah telah menjanjikan kebahagiaan luar biasa indah bagi hamba-hambaNya yang senantiasa bersabar, penuh penerimaan dan lapang dada. Jika Anda merasa sudah tak kuat dengan ujian yang diterima, tenangkan lagi pikiran Anda, berdiamlah dan lebih dekatkan lagi diri kepadaNya. Semakin berat ujian yang diberikan Allah kepada kita, itu artinya bahwa Allah ingin kita menjadi pribadi yang semakin kuat. Itu artinya, Allah ingin kita semakin dekat lagi denganNya dan senantiasa megingatNya karena Ia sangat sayang dan cinta kepada kita. Bagi Anda yang saat ini sedang diuji dan merasa ujian tersebut berat, tetaplah bersabar dan yakin saja bahwa ujian tersebut adalah cara Allah memperkuat Anda. Selalu bersyukur dan bersabar dengan apa yang ada di hidup Anda karena itu akan membuat Anda senantiasa bahagia. [] “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”Al- Qur’an telah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW menjadi teladan yang baik. Patut dicontoh dan ditiru sikap hidup serta perjuangannya. Perjalanan dan riwayat Nabi Muhammad SAW perlu dipelajari untuk dijadikan contoh teladan oleh umat manusia pada umumnya dan oleh kaum muslimin pada khususnya. Beliau telah memperlihatkan sikap dan tindakan berani dalam perjuagan mengembangkan dan mempertahankan agama, terutama dalam menghadapi saat-saat yang genting. Dengan penuh kesadaran beliau melalui peristiwa-peristiwa dan pengalaman pahit dengan tiada mengenal mundur atau berhenti separuh jalan. Semoga lantunan shalawat selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad dengan sikap hidup dan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan beliau, ketika ditanyakan kepada Aisyah istri Nabi, dijawabnya dengan singkat dan tepat, bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur’an, segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan dalam Al-Qur’an berkenaan pada diri dibandingkan dengan umat muslim sekarang, khususnya di Negara kita Indonesia, akhlak merupakan hal yang paling minim yang dimiliki oleh umat Islam. Lihat saja, begitu banyak orang Islam yang ber-KTP Islam, namun pada kenyataannya ia adalah perampok, pencuri, NAPI, koruptor, dan sejenisnya. Di sisi lain, Al-Qur’an terkadang menjadi kitab suci yang tersimpan rapi di dalam lemari, hampir tak tersentuh sama sekali. Lalu, apakah yang menyebabkan umat Islam di zaman sekarang seperti itu? Apakah cerita-cerita dan kejadian masa lalu Nabi Muhammad SAW tidak teramalkan di zaman sekarang? Atau malah metode-metode pendidikan keteladanan yang salah atau tidak tepat?Baiklah. akan bahas tuntas bacaan Surah Al-Ahzab ayat 21 latin beserta terjemahan dan tafsirnya. Silakan disimakBacaan Surah Al-Ahzab Ayat 21 Latin Beserta TerjemahannyaBerikut bacaan Surah Al-Ahzab ayat 21 latin beserta terjemahannya. Silakan dicermati dengan seksama untuk kemudian dihapalkan Penyemangat telah menyiapkan bacaan latin lengkap dengan panjang pendek bacaan. Adapun bila ditemukan huruf "a" yang dobel menjadi "aa" artinya bacaan tersebut memiliki panjang 2 كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا [ الأحزاب21]Bacaan latinLaqod kaana lakum fii rosulillahi uswatun hasanah. Liman' kaana yarjullaahi walyaumal akhiri wa dzakarallaaha telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al Ahzab21]Tafsir Kata-kata Penting dan Munasabah QS Al-Ahzab Ayat 21Tafsir MufradatDalam Tafsir Al-Misbah goresan Quraish Shihab, Ayat ini dikatakan sebagai kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan agama Islam. Kecaman itu didasarkan pada kata laqad. Seakan-akan ayat itu menyatakan “Kamu telah melakukan aneka kedurkahaan, padahal sesungguhnya di tengah kamu semua ada Nabi Muhammad SAW yang mestinya kamu teladani”.Syahdan, Kalimat liman kana yarju Allah wa-al yaum al-akhir/ bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Kiamat berfungsi sebagai penjelas sifat orang-orang yang mestinya meneladan Rasulullah SAW. Untuk meneladan Rasulullah SAW secara sempurna diperlukan kedua hal yang disebut ayat di atas. Demikian juga dengan zikir kepada Allah dan selalu mengingat-Nya. Kata uswah atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir, az-Zamakhsyari, ketika menafsirkan ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu. Pertama, arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan banyak dipakai oleh para ulama. Kemudian, ada pula kata fi yang tertuang dalam firman Allah, fi rasulillah yang berfungsi “mengangkat” dari diri Rasul satu sifat yang hendaknya diteladani, tetapi yang diangkatnya adalah Rasulullah SAW sendiri dengan seluruh totalitas AyatMasih dari Quraish Shihab, dalam ayat sebelumnya, Allah telah melukiskan kaum munafik dengan menyatakan mereka mengira karena demikian besar rasa takut mereka. Bahwa pasukan koalisi, yakni kaum musyrikin Mekkah yang bersekutu itu, belum pergi meninggalkan kota Yasrib. Padahal sejatinya mereka telah pergi; dan seandainya jika pasukan koalisi itu datang kembali, niscaya mereka karena sedemikian penakut sangat ingin berusaha keras berada di bergerak bersama-sama orang Badwi sambil setiap saat menanyakan tentang berita-berita untuk memata-matai atau berpura-pura memberi perhatian terhadap kaum muslimin. Mereka tidak akan berperang bersama kaum muslimin kecuali sedikit, yakni sebentar saja yang sama sekali tiada Ayat QS Al-Ahzab Ayat 21 Tentang Metode Keteladanan ala Nabi Muhammad SAWKeteladananSecara Ijmaliy, penggalan ayat di atas berisikan bahwa teladan yang baik bagi manusia itu benar-benar ada dan telah ada, yaitu pada diri Rasululah SAW. Jika kita menyelami teladan itu aplikasinya seperti apa, maka akan banyak pemaparan terkait teladan itu sendiri. Kalimat suri teladan tidak semata-mata hanya diartikan sebagai contoh yang baik, namun bisa diartikan menurut pemahaman yang bermacam-macam, di antaranyaMenurut Imam Jalallain, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian” dapat dibaca iswatun dan uswatun. Hasanah yang baik untuk diikuti dalam hal berperang dan keteguhan serta kesabarannya, yang masing-masing diterapkan pada gagasan tersebut, dapat kita ambil kata keteguhan dan kesabaran. Itu adalah salah satu teladan yang patut ditiru. Jika di masa Rasullullah dikatakan bahwa keteguhan dan kesabaran Rasulullah itu baik menjadi teladan di saat berperang, di masa kita sekarang ini keteguhan dan kesabaran dapat diaplikasikan terhadap banyak hal. Misalnya, kita belajar untuk teguh dalam pendirian, khususnya memegang erat Islam dan sabar dalam menerima ujian-ujian dari Allah bentuk dan di manapun ujian atau cobaan tersebut tidak sampai menyebabkan kita umat Muslim menjadi murtad, keluar dari Islam, sungguh itu adalah hal yang sangat dimurkai Allah bahwa teladan erat kaitannya dengan keteguhan hati juga diperkuat dengan firman Allah SWT QS Huud/11 ayat 120 “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”Bersandar pada ayat di atas, sejatinya kita diperintahkan agar belajar dari kisah atau cerita Rasul agar kita dapat memiliki keteguhan hati. Karena di dalam kisah-kisah Rasul tersebut terdapat kebenaran, pengajaran, dan peringatan bagi jauh berbeda, dalam QS Al-Qalam/68 ayat 4 juga diterangkan secara umum tentang makna teladanDan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang bahwa teladan Rasulullah itu berupa budi pekertinya, seperti sikap dan perbuatan Rasulullah SAW yang Amanah, Shiddiq, Tabligh, serta Fathanah. Diterangkan oleh Hamka, untuk mencapai sebuah keteguhan hati yang kuat itu sangat sulit karena banyak orang yang khususnya di masa Rasulullah SAW bergoncang pikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafik, tidak berani tanggung jawab, bersedia hendak lari dari Badwi kembai ke dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh beta besarnya jumlah musuh yang akan menyerbu. Meski begitu keadaannya, masih ada lagi orang-orang yang mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus harapan, tidak kehilangan akal, sebab mereka melihat sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri, Rasulullah QS Al-Ahzab ayat 21 ini Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi SAW. Rasulullah SAW adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah dan beliaupun mempunyai akhlak yang mulia. Jika ada keinginan alias bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, jalan yang bisa ditempuh adalah mencontoh dan mengikuti selesai sampai di sana, kalimat ¬uswatun hasanah juga mengandung implikasi peringatan, khususnya peringatan terhadap orang-orang munafik yang telah dijelaskan pada QS Al-Ahzab ayat sebelumnya ayat 20. Jadi, jika mereka tidak mengikuti teladan Rasulullah SAW maka sama saja mereka tidak bercita-cita untuk menjadi manusia yang baik, dan tidak bercita-cita untuk berbahagia hidup didunia dan berbicara dalam konteks perang Khandaq, ayat ini juga mencakup kewajiban atau anjuran meneladan Rasulullah. Ini karena Allah SWT telah mempersiapkan tokoh yang agung ini untuk menjadi teladan bagi semua manusia. Yang maha kuasa itu sendiri yang mendidik beliau. “Addabani Rabbi fa ahsana ta’dibi” Tuhanku mendidikku, maka sungguh baik hasil pendidikanku.Pakar tafsir dan hukum, al-Qurtubhi mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib diteladani selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran. Sementara ulama berpendapat bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan, Rasulullah SAW telah menyerahkan sepenuhnya kepada para pakar dibidang masing-masing sehingga keteladanan terhadap beliau yang dibicarakan dalam ayat ini bukanlah dalam hal-hal yang berkaitan dengan soal-soal keduniaan. Jadi, meskipun meneladan itu adalah suatu kewajiban ataupun anjuran, jika seseorang ingin hidup bahagia dunia akhirat maka sudah semestinya ia meneladan Rasulullah meneladannya, otomatis di dunia kita akan menjadi sosok yang lebih penyabar dalam menghadapi suatu permasalahan soal keduniaan, jadi kita lebih bisa untuk berpikir realistis tanpa ego karena kita bisa menahan emosi atau keteladanan, ada pemilahan-pemilahan terperinci menyangkut ucapan/sikap Nabi SAW yang masing-masingnya patut kita teladani. Menurut Imam al-Qarafi, pemilahan-pemilahan tersebut sebagai berikutNabi dan RasulUcapan dan sikapnya pasti benar karena itu bersumber langsung dari Allah SWT atau merupakan penjelasan tentang maksud Allah SWT. Jadi, di sini perlu diperhatikan kalimat pasti benar dari ucapan atau sikap Nabi SAW. Karena kepastian yang datangnya dari Allah SWT baik secara langsung maupun berupa penjelasan itulah kita diperingatkan untuk meneladan keputusan sikap dan ucapannya Nabi seorang Mufti berkedudukan setingkat dengan butir pertama di atas karena fatwa beliau adalah berdasarkan atas pemahaman atas teks-teks keagamaan. Mufti diberi wewenang oleh Allah SWT untuk menjelaskannya. Setidaknya fatwa beliau sesuai dengan pernyataan Allah SWT dalam QS An-Nahl/16 ayat 44“Keterangan-keterangan mukjizat dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”Bertumpu pada dalil ini, fatwa-fatwa Rasulullah SAW berupa perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran. Dan fatwa beliau berlaku umum bagi dalam hal ini, cara kita meneladan Rasulullah SAW senada dengan bagaimana cara kita agar dapat melaksanakan perintah-perintah Sunnah beliau, larangan-larangan yang telah tercantum dalam Al-Qur’an, hingga aturan-aturan yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Hakim Ketetapan hukum yang ditetapkan oleh hakim secara formal pasti benar tetapi secara material adakalanya keliru akibat kemampuan salah satu pihak yang berselisih menyembunyikan kebenaran atau kemampuannya berdalih dan mengajukan bukti-bukti palsu. Jadi, meneladan di sini dapat diwujudkan dengan menghindari perselisihan di antara kita dan tidak mengajukan bukti palsu. Karena, dengan kita berselisih dan mengajukan bukti-bukti palsu, berarti kita sama saja dengan orang-orang yang menentang kebenaran Rasulullah dan mempersulit beliau secara tidak MasyarakatTentu saja petunjuk-petunjuk beliau dalam hal kemasyarakatan disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan perkembangannya sehingga tidak tertutup kemungkinan lahirnya perbedaan tuntunan kemasyarakatan antara satu masyarakat dengan masyarakat SAW sendiri tidak jarang memberi petunjuk yang berbeda untuk sekian banyak orang yang berbeda dalam menyesuaikan antara masyarakat di daerah yang satu dengan daerah yang dari itu, tidak jarang pula ada ketetapan bagi masyarakatnya yang beliau ubah akibat perkembangan masyarakat itu, misalnya dalam sabda Rasulullah “saya pernah melarang kalian menziarahi kubur, kini silahkan menziarahinya”. Izin ini disebabkan kondisi masyarakat telah berbeda dengan kondisi mereka pada saat larangan itu ditetapkan. Termasuk pula hal-hal yang diperagakan beliau dalam kaitannya dengan budaya masyarakat di mana beliau hidup, seperti model pakaian, rambut, cara makan, dan lainnya. Alhasil, cara kepemimpinan Rasulullah SAW dalam membuat ketetapan perlu diperhatikan keadaan masyarakat itu sendiri, karena suatu ketetapan itu akan menjadi perubahan yang baru bagi masyarakat yang pribadi yang pertama adalah kekhususan. Kekhususan Rasulullah SAW yang tidak boleh dan atau tidak harus diteladani karena kekhususan tersebut berkaitan dengan fungsi beliau sebagai kebolehan menghimpun lebih dari empat orang istri dalam saat yang sama atau kewajiban shalat malam, atau larangan menerima zakat, dan lain kategori Pribadi yang kedua adalah Nabi Muhammad sebagai manusia terlepas dari kerasulannya. Hal tersebut dikenal juga dengan istilah aradul basyariyah. Misalnya dalam soal selera, tidur, hingga bagaimana sikap kita dalam meneladannya?Jika suatu perbuatan dinilai berkaitan dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah, seperti membuka alas kaki ketika shalat, ia termasuk bagian yang jika tidak tampak adanya indikator bahwa hal tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti menggunakan pakaian tertentu, misalnya sandal berwarna kuning, rambut gondrong, dan lain-lain, hal ini hanya menunjukkan bahwa yang demikian dapat diikuti, ia berstatus mubah. Lebih dari itu, bila ada yang mengikutinya dengan niat meneladan Nabi SAW, maka niat keteladanan itu mendapat ganjaran dari Allah tergapailah gagasan bahwasannya kita meneladan Nabi SAW utamanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan semata-mata ingin mendapat pujian atau agar dianggap orang mirip seperti Rasul, namun meniatkan keteladanan kita agar mendapat ganjaran dari Allah SWT dan mendapat safa’at dari Rasulullah SAW nanti diakhir zaman. Sejatinya, dengan kita meneladan Nabi Muhammad SAW, berarti kita telah mendapat hikmah manfaat sebagai berikutMenjauhkan diri dari sifat kemunafikanMenghindari kegoncangan hati dan pikiranSenantiasa akan memiliki keteguhan hatiMenjadi sosok yang lebih sabarMenjadi orang yang bertanggung jawab, teguh pendirian, jauh dari keputus asaan, dan lebih baik lagi dalam Mukmin dalam QS Al-Ahzab ayat 21 Secara Ijmaly, di dalam QS Al-Ahzab ayat 21 juga mengandung tiga kategori orang mukmin, yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut Ibnu Katsir, “orang” di sini maksudnya adalah orang mukmin, yaitu orang yang mengharapkan rahmat dan ridha Allah dan yang beriman kepada hari kiamat serta selalu ingat kepada Allah. Bagi orang mukmin, melihat orang-orang munafik bersekutu adalah sebuah ujian bagi mereka, dan keadaan itu akan menambah mantapnya iman dalam dada mereka dan penyerahan diri kepada Allah ini disandarkan pada QS Al-Ahzab ayat 22-nya“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”Sejatinya, orang mukmin yakin bahwa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran. Pernyataan ini juga sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Insyirah/94 ayat 5-6Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada “sesudah kesulitan itu ada kemudahan” diulang dua kali. Jika kita tarik makna lebih dalam, maka makna pengulangan itu adalah sebuah penegasan dari Allah terkait kesulitan tersebut, dan Allah juga meyakinkan kepada orang mukmin bahwasannya pasti akan ada kemudahan. Makanya orang mukmin menganggap suatu kesulitan itu sebagai sebuah ujian yang datangnya kepada Allah, karena mereka yakin bahwa akan ada kemudahan pada akhirnya nanti. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita menganggap kesulitan dari Allah SWT sebagai ujian? Semoga yang sama juga dikemukakan Ahmad Mustafa Al-Maragi bahwasannya ketiga kategori di atas ditujukan kepada orang mukmin. Karena sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah ada pada diri Rasulullah SAW, itupun jika seandainya orang mukmin benar-benar menghendaki pahala dari Allah serta takut akan azab-Nya dihari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan pelindung serta penolong ditiadakan. Dan, orang mukminlah yang selalu ingat kepada Allah SWT dengan ingatan yang banyak, sehingga seharusnya dengan ingat kepada Allah itulah yang membimbing orang mukmin untuk taat kepada-Nya dan mencontoh perbuatan-perbuatan Nabi jauh perbedaan, Dr. Hamka mengemukakan bahwa ketiga kategori yang ditujukan potongan ayat di atas adalah orang beriman. Semata-mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman harus disertai pengharapan, yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri adalah harapan akan Ridha Allah dan harapan akan kebahagiaan diakhirat. Jika tidak ingat kedua hal itu, atau jika hidup tidak mempunyai harapan, ia tidak ada artinya. Maka unutk memelihara iman dan harapan hendaklah banyak mengingat Allah SWT. Barang mudah mengatakan mengikuti teladan Rasul dan barang mudah untuk mengatakan beriman, karena perlu meminta latihan batin yang dalam sekali untuk dapat menjalankannya. Seumpama orang yang mengambil alasan menuruti Sunnah Rasul yang membolehkan laki-laki beristeri dari satu sampai berempat, tetapi jarang orang yang mengikuti ujung ayat, yaitu meneladan Rasul di dalam berlaku adil kepada umumnya orang mengakui umat Muhammad tetapi tidak mau mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad seperti orang tua yang tidak mengajarkan dan menyuruh anaknya mengerjakan shalat lima waktu, padahal anaknya telah berusia lebih dari 10 tahun. Namun, orang tua itu tetap mengaku beriman. Contoh lain di zaman sekarang, misalnya remaja yang tidak bisa menjaga pandangan terhadap lawan jenis, sehingga berpacaran terlalu bebas. Tentu saja hal seperti itu dapat merusak akhlak anak muda karena sejak kecil tidak ditanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap Nabi Muhammad Baca Cara Menumbuhkembangkan Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAWSumber-. 2006. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier 6. Surabaya Bina Ilmu. Vol. Ahmad Mustafa. 1992. Terjemahan Tafsir Al_Maragi. Semarang Toha Putra. Juz XXI, Cet – Suyuthi, Imam Jalaluddin. 2006. Terjemahan Tafsir Jalalain. Bandung Sinar Baru Algenindo. Cet-9. Jilid tt. Tafsir Al-Azhar. Jakarta Pustaka M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta Lentera Hati. Cetakan Kedua,Vol. 10. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah mengalami stres, yang mendorong kita untuk melakukan coping stres supaya kita tidak terjebak dan terpuruk karenanya. Kajian coping stres mendapat perhatian yang besar dalam psikologi. Kajian ini menfokuskan diri pada upaya mengkaji stres dan coping stres dalam perspektif al Qur’an, sebagai rujukan utama umat Islam. Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui pandangan Al Qur’an tentang stres, emosi negatif yang menyertai stres, sumber stres, dan mengetahui bagaimana coping stres menurut al Qur’an, sebagai upaya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Sumber data adalah al Qur’an beserta tafsirnya serta hasil telaah para ahli terkait dengan stres dan coping stres. Hasil penelitian menjukkan bahwa 1 Al Qur’an memandang stres sebagai cobaan dan ujian dari Allah SWT ;2 Gejala stres seperti munculnya emosi negatif takut, sedih dan marah dilukiskan Allah dalam surat Al –Ambiya yat 140, Abasa ayat 33-37, surat Yusuf ayat 84-86, At –Taubah ayat 92, Al-A’raf ayat 150 dan Thoha ayat 92-94. 3 Ada banyak sumber stres yaitu pertama musibah. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam surat At-taghabun ayat 11, Asy Syura ayat 30 dan Ar-Rum ayat 41. Kedua, Penyakit hati dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 10, Al-A’raf ayat 179. Ketiga Berprasangka buruk kepada Allah, dijelaskan dalam surat Al Fajr ayat 15-17 dan surat Al Fath ayat 12. Kempat berprasangka buruk kepada orang lain dijelaskan oleh Allah dalam surat Al Hujurat ayat 12. 4Allah SWT dalam al Qur’an juga memberikan tuntunan bagaimana mengatasi stres coping stres, yaitu dengan ikhlas, sabar, zikir, tobat, shalat, dan berpikir positif dan optimis. Pertama, ikhlas dijelaskan dalam Al Qur’an dalam surat At Taubah ayat 91. Kedua, Sabar dijelaskan dalam Al qur’an asurat Al Baqarah ayat 153 dan Al Baqarah ayat 155-157. Ketiga, zikir dijelaskan dalam Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 152, Surat Thoha ayat 130, dan Surat Ar Ra’d ayat 28. Kempat, Tobat, dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 53, An Nisa’ ayat 48. Kelima, berpikir positif dan optimis dijelaskan dalam Al qur’an Surat Al-Insyirah ayat 5-6 dan Al Tawbah ayat 51. Keenam shalat, dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al baqarah ayat 153 dan Surat Ghafir ayat 60. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Spiritualita Journal of Ethics and Spirituality Volume 6, Number 1, 2022 p-ISSN 2614-1043; e-ISSN 2654-7554 Volume 6, Number 1, 2022 p-ISSN 2598-5817; e-ISSN COPING STRESS DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN Yuli Darwati Institut Agama Islam Negeri Kediri yulidarwati73 Keywords Stress, Coping stress, and the Qur'an Abstract In everyday life of course we have experienced stress, which encourages us to do stress coping so that we don't get trapped and slumped by it. The study of stress coping has received great attention in psychology. This study focuses on efforts to examine stress and stress coping in the perspective of the Qur'an, as the main reference for Muslims. This paper intends to find out the views of the Qur'an on stress, negative emotions that accompany stress, sources of stress, and find out how to cope with stress according to the Qur'an, as an effort to get a better life. This research was conducted with qualitative research methods. The data source is the Qur'an and its interpretation as well as the results of studies by experts related to stress and stress coping. The results of the study show that 1 The Qur'an views stress as a trial and a test from Allah SWT; 2 Symptoms of stress such as the emergence of negative emotions of fear, sadness and anger are described by Allah in Surah Al-Ambiya yat 140, Abasa verses 33-37, Surah Yusuf verses 84-86, At-Taubah verse 92, Al-A'raf verse 150 and Thoha verses 92-94. 3 There are many sources of stress, namely first, disaster. This is explained by Allah SWT in Surah At-Taghabun verse 11, Asy Shura verse 30 and Ar-Rum verse 41. Second, liver disease is described in Surah Al Baqarah verse 10, Al-A'raf verse 179. Third, have bad thoughts about Allah, explained in Surah Al Fajr verse 15-17 and Surah Al Fath verse 12. The four ways to have bad prejudice towards others are explained by Allah in Surah Al Hujurat verse 12. 4 Allah SWT in the Qur'an also provides guidance on how to deal with stress coping. stress, namely with sincerity, patience, remembrance, repentance, prayer, and positive and optimistic thinking. First, sincerity is explained in the Qur'an in the letter At Taubah verse 91. Second, Patience is described in the Qur'an as letter Al Baqarah verse 153 and Al Baqarah verse 155-157. Third, remembrance is explained in the Qur'an in Surah Al Baqarah verse 152, Surah Thoha verse 130, and Surah Ar Ra'd verse 28. Fourth, repentance, is explained in Surah Az-Zumar verse 53, An Nisa' verse 48. Fifth , positive and optimistic thinking is described in the Qur'an Surah Al-Insyirah verses 5-6 and Al Tawbah verse 51. The six prayers are described in the Qur'an Surah Al Baqarah verse 153 and Surah Ghafir verse 60. Kata Kunci Stres, Coping stres, dan Al Qur’an Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah mengalami stres, yang mendorong kita untuk melakukan coping stres supaya kita tidak terjebak dan terpuruk karenanya. Kajian coping stres mendapat perhatian yang besar dalam psikologi. Kajian ini menfokuskan diri pada upaya mengkaji stres dan coping stres dalam perspektif al Qur’an, sebagai rujukan utama umat Islam. Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui pandangan Al Qur’an tentang stres, emosi negatif yang menyertai stres, sumber stres, dan mengetahui bagaimana coping stres menurut al Qur’an, sebagai upaya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Sumber data adalah al Qur’an beserta tafsirnya serta hasil telaah para ahli terkait dengan stres dan co ping stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Alquran memandang stress sebagai cobaan dan ujian dari Allah SWT ;2 Gejala stress seperti munculnya emosi negated takut, marah dilukiskan Allah dalam surat Al-Ambiya ayat 140, Abasa ayat 33-37, suart Yusuf ayat 84-86, At-Taubah ayat 92, Al-A’raf ayat 150 dan Thoha ayat 92-94. 3 Ada banyak sumber stres yaitu pertama musibah, ini dijelaskan Allah SWT dalam surat At-taghabun ayat 11, Asy Syura ayat 30 dan Ar-Rum ayat 41. Kedua, penyakit hati, ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 10, Al-A’raf ayat 179. Ketiga, berprasangka buruk kepada Allah, dijelaskan dalam surat Al-Fajr ayat 15-17 dan surat Al-Fath ayat 12. Keempat, berrasangka buruk kepada orang lain, dijelasakan oleh Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 12. 4 Allah SWT dalam Al-Qur’an juga memberikan tntunan bagaimana mengatasi stres coping stress, yaitu dengan ikhlas, sabar, zikir, taubat, shalat, dan berpikir positif dan optmis. Pertama, iklas dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat At Taubah ayat 91. Kedua, sabar dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 155-157. Ketiga, zikir dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 152,  Penulis adalah Dosen IAIN Kediri Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality Surat Thoha ayat 130, dan Surat Ar Ra’d ayat 28. Keempat, tobat dijelaskan dalam surat Az Zumar ayat 53, An Nisa’ ayat 48. Kelima, berpikir positif dan optimis dijelaskan Al-Qur’an surat Al-Insyirah ayat 5-6 dan At Taubah ayat 51. Keenam sholat, dijelaskan dalam Al-Qur’an suart Al-Baqarah ayat 153 dan surat Ghafir ayat 60. Accepted 2022-05-17 Published 2022-06-15 Darwati, Yuli. Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an. Spiritualita Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi Islam, 2022, 6, 1 PENDAHULUAN Di dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tentu pernah mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Situasi itu dapat berupa kegagalan atau ketidaksesuaian antara kenyataan dengan apa yang kita harapkan. Situasi ini dapat pula berupa kejadian yang luar biasa sehingga individu merasa berat dan bahkan tidak mampu mengatasinya. Situasi –situasi tersebut akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, sedih, cemas, takut, dan bingung. Dalam psikologi, timbulnya perasaan tidak nyaman, sedih, cemas, takut, dan bingung merupakan gejala gangguan psikologis . Gangguan ini disebut dengan kondisi stres. Kondisi stres harus dikelola dengan baik, agar tidak berdampak buruk bagi individu yang mengalaminya. Kondisi stress yang berat, akan memperlihatkan gejala –gejala seperti mudah lelah, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, kehilangan gairah seksual, mudah lupa, bingung, gugup, mengalami masalah pencernaan dan hipertensi. Lebih dari itu, penelitian menunjukkan bahwa stress berkontribusi pada timbulkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker, penyakit kulit, penyakt metabolik dan hormon dan lain-lain. Kontribusi stress tehadap penyakit –penyakit tersebut dapat mencapai angka 50 sampai 70 persen. Pengelolaan stres yang baik merupakan sebuah keniscayaan, sebagai sarana untuk mencapai kualitas hidup lebih baik. Urgensi pengelolaan stress dalam kehidupan telah menumbuhsuburkan kajian dan penelitian tentang stres di kalangan ilmuwan psikologi, utamanya penelitian terkait dengan coping stress. Hans Selye pada tahun 1976 melakukan penelitian tentang stres dan mendefinisikan stres sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Selye menyebut konsepnya sebagai stres sistemik. Selye juga mencontohkan Musradinur,.Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Edukasi, Volume . No 2 . Juli 2016 Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan stres adalah racun kimia dan suhu yang ekstrem. Lebih lanjut Hans Selye mengidentifikasi tiga tahap respon sistemik tubuh terhadap kondisi –kondisi yang menimbulkan stress dan menyebutnya sebagai General Adaptation Syndrome GAS. Tahap pertama , adalah alarm reaction dari sistem syaraf otonom, termasuk di dalamnya peningkatan hormon adrenalin, detak jantung meningkat , tekanan darah meningkat, dan otot menegang. Tahap pertama ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh. Tahap kedua merupakan tahap resistance, termasuk berbagai respon kedua individu berusaha untuk bertahan dalam situasi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber kekuatan membentuk kekuatan baru dan memperbaiki kerusakan. Tahap ini juga merupakan tahap adaptasi, tubuh tetap mengeluarkan hormon stres tetapi tidak setinggi pada reaksi waspada. Adapun tahap ketiga , exhaustion atau kelelahan. Tahap ini terjadi apabila stressor datang secara intens dalam jangka waktu yang lama, dan usaha perlawanan mengalami pada tahap ini adalah detak jantung dan nafas menurun , munculnya penyakit adaptasi atau penyakit yang rentangnya panjang seperti alergi , jantung, bahkan itu J. Van Amberg, bahwa stres terjadi secara bertahap. Stress tahap I merupakan stress dalam tahap yang paling ringan. Pada tahap ini, individu yang mengalami stres merasakan hal-hal sebagai berikut a. Semangat kerja keras; b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana mestinya;c. Kemampuan menyelesaikan masalah lebih dari biasanya, namun energi habis disertai gugup yang berlebihan. Stress tahap II ditandai dengan menghilangnya dampak stress yang menyenangkan dan timbul keluhan-keluhan, karena energi tidak cukup sepanjang hari. Keluhan itu antara lain meliputi merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, sering mengeluh lambung dan perut tidak nyaman,detak jantung lebih keras dari biasanya berdebar-debar,otot-otot punggung dan tengkuk tegang, dan tidak bisa santai. Selanjutnya adalah stress tahap III. Pada tahap ini keluhan-keluhan yang dialami individu pada tahap II akan semakin nyata, terutama ketika individu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan yang dialaminya. Keluhan-keluhan yang muncul pada tahap ini meliputi gangguan lambung dan usus akan semakin nyata, ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur, dan koordinasi tubuh terganggu. Keluhan-keluhan tersebut akan semakin bertambah berat pada stress tahap IV. Pada tahap IV, individu akan mengalami kesulitan untuk bertahan sepanjang hari, pekerjaan yang tadinya mudah dikerjakan menjadi terasa sulit dan membosankan, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, mengalami gangguan tidur dan mimpi-mimpi yang menegangkan, sering menolak ajakan karena kurang semngat dan gairah, dan daya kosentrasi serta daya ingat menurun. Apabila kondisi berlanjut, individu akan jatuh pada stress tahap V dengan ciri-ciri sebagai berikut kelelahan fisik dan psikis yang semakin mendalam, ketidakmampuan melakukan pekerjaan sehari-hari yang sederhana, gangguan pencernaan semakin berat, ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. Selanjutnya Wiwin Hendrian. Resiliensi Psikologis. Jakarta Prenada Media Group, 2018.hlm. 31 Jeffrey dkk. Psikologi Abnormal.Jakarta;Erlangga,2002. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality stress tahap VI memiliki ciri-ciri sebagai berikut detak jantung semakin keras, susah bernafas, sekujur tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran dan terakhir Lazarus dan Folkman, stress memiliki dua komponen, yaitu komponen appraisal dan coping. Appraisal berkaitan dengan evaluasi individu terhadap hal-hal yang signifikan mempengaruhi kesejahteraan atau well-beingnya. Adapun coping berkaitan dengan usaha-usaha individu baik dalam bentuk pikiran, maupun perilaku yang ditujukan untuk mengelola tuntutan atau berbagai perubahan yang dihadapi. Interaksi keduanya akan menentukan berkembang tidaknya stres yang dialami oleh individu dan Folkman juga mengemukakan dua macam tipe strategi coping ketika individu mengalami stres. Pertama adalah problem focused coping dan yang kedua adalah emotion focused coping. Strategi problem focused coping merupakan upaya untuk melakukan aktifitas untuk menghilangkan keadaan yang menimbulkan stress. Adapun strategi emotion focued coping merupakan upaya yang dilakukan individu untuk mengontrol konskuensi emosional dari peristiwa yang menimbulkan stress. Penggunaan strategi coping yang tepat dan efektif terhadap situasi yang menekan akan menghasilkan adaptasi yang lebih positif. Namun demikian dalam sejumlah artikel seputar coping mencatat tidak ada satu strategi coping yang berfungsi efektif sepanjang waktu di setiap situasi Mac Arthur, mengklasifikasikan strategi coping menjadi dua , meliputi active coping strategies dan avoidant coping strategies. Active coping strategies adalah upaya yang dirancang dan dilakukan individu untuk mengubah hakekat stressor atau mengubah cara berpikirnya tentang penyebab stress. Adapun avoidant coping stress strategies adalah upaya menghindari berhubungan langsung dengan peristiwa penyebab stres dengan melakukan aktifitas seperti penggunaan alkohol atau cara-cara penghindaran lainya agar secara psikologis menjauhkan diri dari sumber stress. Kajian ini memfokuskan diri pada upaya untuk melihat coping stress dalam perspektif yang lain, yaitu al Qur’an. Kajian ini dilandasi oleh asumsi dasar bahwa al Qur’an memiliki kontribusi yang besar dalam mengarahkan dan membentuk perilaku umatnya, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul tafsir kebahagiaan menunjukkan bahwa semua perintah Tuhan di dalam Al Qur’an dimaksudkan agar kita hidup bahagia. Berikut adalah kutipan beberapa ayat yang memuat perintah Tuhan tersebut yang muara akhirnya adalah bahagia a. Bertakwalah kamu kepada Allah agar kalian berbahagia QS 2189 b. Wahai orang beriman! Janganlah kalian memakan riba yang berlipat-lipat. Bertakwalah kepada Allah agar kalian bahagia QS 3 130 c. Wahai orang-orang beriman ! Bersabarlah dan saling menyabarkan , serta perkuat persatuanmu agar kalian bahagia QS 3 200 Muhimmatul Hasanah. Stress dan solusinya dalam perspektif psikologi dan Islam. Jurnal Ummul Qurra, Vol XIII, No 1, Maret Lazarus dan Folkman. Stress, Appraisal, and Coping . New York; Springer Publisher Company, 1984.hlm181 Wiwin Hendriani, Psikologi psikologi Resiliensi. hlm36 Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Kebahagiaan, Jakarta Serambi,2010. Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an d. Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada allah. Carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya . Berjuanglah di jalan allah agar kalian berbahagia QS 5 35. Dengan demikian, kajian tentang coping stress dalam perspektif al Qur’an menarik untuk dilakukan, sebagai upaya menemukan jalan menuju kebahagiaan. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimanakah al Qur’an memandang stres, Emosi negatif apa sajakah yang menyertai stres menurut al Qur’an, faktor-faktor apa sajakah yang menimbulkan stres menurut al Qur’an?dan bagaimanakah coping stres menurut al Qur’an? Kajian ini akan dimulai dengan stres dalam perspektif al Qur’an , kemudian emosi negatif yang menyertai stres menurut al Qur’an, Sumber stres menurut al Qur’an, selanjutnya akan dibahas tentang coping stress menurut al Qur’an. Banyak penelitian dilakukan oleh para ahli terkait coping stres dalam al Quran atau Islam. Penelitian itu antar lain penelitian Susatyo Yuwono dengan judul Mengelola Stres dalam Perspektif Psikologi dan Islam. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bagaimana kajian stres dalam Islam, khususnya tentang bagaimana mengelola stres. Metode yang dipakai adalah dengan menelaah hasil kajian beberapa ahli ayat al Qur’an terkait dengan stres dan pengelolaannya. Al Qur’an memandang stres sebagai cobaan dari Allah SWT yang mampu menimbulkan penyakit hati. Islam mengajarkan beberapa strategi untuk mengelola stres yaitu dengan niat ikhlas, sabar dan shalat, bersyukur, dan berserah diri kepada Allah SWT. Strategi ini juga dilakukan oleh para ahli psikologi relaksasi, berpikir positif, dan mengatur waktu. Penelitian lainnya adalah penelitian Rahmad Purnama dengan judul Penyelesaian Stres dengan coping spiritual. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tentang coping spiritual dalam Islam. Hasil penelitian menjukkan bahwa coping spiritual menurut Islam merupakan metode penyelesaian stres karena di dalamnya terdapat unsur positive thinking, positive acting, dan positive hoping. Penelitian ini memiliki fokus yang berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya. Penelitian ini tidak hanya menfokuskan diri pada upaya memperoleh pemahaman tentang pandangan al Qur’an tentang stres berikut strategi copingnya, juga mengungkap tentang emosi yang menyertai stres dan sumber stres yang memunculkan stres menurut al Qur’an. Penelitian ini dari sisi metodologis menggunakan kerangka metodologi penelitian kualitatif berupa studi literatur. Namun demikian penelitian ini tidak hanya dilakukan dengan menelaah kajian para ahli terhadap al Qur’an, akan tetapi juga menggali muatan ayat-ayat al Qur’an tentang stres dan coping stres, dan menelaah tafsir tentang ayat-ayat tersebut. ANALISIS STRES DALAM PANDANGAN AL QUR’AN Sebagaimana dijelaskan dalam bagian pendahuluan bahwa setiap manusia tentu pernah mengalami stres di dalam kehidupannya. Dalam konteks ini, al Qur’an memperkenalkan stres sebagai cobaan atau ujian dari Allah SWT. Allah akan menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta , jiwa dan buah- Susatyo Yuwono, Mengelola Stres dalam Perspektif Psikologi dan Islam, Jurnal Psycho Idea,Tahun 8, Vol 2, Juli 2010. Rahmad Purnama, Penyelesaian Stres dengan Coping Spiritual, Jurnal Al adyan, Vol XII No 1 , januari-Juni 2017. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality buahan bahan makanan QS al Baqarah 155. Dengan ujian ini, kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang yang mendapat kabar gembira dari Allah. QS al Baqarah 155. Allah juga memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar memberitahukan ciri-ciri orang yang mendapat gembira yaitu orang yang sabar, apabila ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi roji’un Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali QS al Baqarah 156. Konsep ujian dan cobaan ditegaskan pula oleh Allah SWT dalam surat al Baqarah ayat 214 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal belum datang kepadamu cobaan, sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata kapankah datang pertolongan dari Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan itu dekat. Dan pernyataan allah SWT tersebut diulangi lagi dalam surat Ankabut ayat 2 Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkann hanya dengan mengatakan, “kami telah beriman?” dan mereka tidak diuji?. Hal ini menunjukkan bahwa makin berat dan makin tinggi cita-cita yang dicapai, makin besar pula rintangan dan cobaan yang akan dialami. Untuk mencapai keridloaan Allah dan memperoleh surga, bukan hal yang mudah dan gampang tetapi harus melalui perjuangan yang gigih yang penuh rintangan dan cobaan. Sebagaimana halnya orang-orang terdahulu. Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, nabinya terbunuh, pengikutnya disiksa sampai di antara mereka digergaji kepalanya dalam keadaan hidup atau dibakar hidup-hidup. Oleh karena cobaan dan penderitaan yang dialaminya dirasakan lama, sekalipun mereka yakin bagaimanapun juga pertolongan Allah akan datang, maka rasul mereka dan pengikut-pengikutnya merasa gelisah lalu berkata “bilakah datang pertolongan Allah?” Pertanyaan itu dijawab oleh Allah “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu begitu dekat.” Pada saatnya nanti mereka akan menang dan mengalahkan musuh, penganiaya dan orang-orang yang dzalim. Dari uraian di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam proses perjuangan untuk memperoleh keridloan dan surga , manusia akan diuji oleh Allah SWT dari yang ringan hingga berat, dan manusia diperintahkan untuk sabar. Allah berjanji akan memberikan pertolongan, berkah dan rahmat kepada mereka. EMOSI NEGATIF YANG MENYERTAI STRES DALAM AL QUR’AN Ketika orang mengalami stres, ia akan mengalami emosi negatif seperti takut, sedih, dan marah dari tahap yang ringan sampai berat. Emosi takut Al qur’an menggambarkan gangguan emosi takut datang ketika guncangan hebat terjadi, sehingga individu kehilangan kemampuan berpikir dan pengendalian diri, dalam surat Al –Hajj ayat 1 dan 2 Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian. Sesungguhnya keguncangan kiamat itu adalah sesuatu yang amat besar pada hari ketikakalian melihatnya, lalailah semua wanita yang menyusui dan anak-anak yang disusuinya, dan setiap wanita hamil akan mengalami keguguran dan kalian akan melihat orang-orang dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah-lah yang sangat dahsyat. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya. Jilid I. Jakarta Lentera Abadi,2010 Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an Apabila keadaan takut sangat hebat dan tiba-tiba, manusia akan pingsan selama jangka waktu tertentu dan ia tidak dapat bergerak atau berpikir. Al Qur’an telah mengisyratkan kondisi pingsan yang disebabkan oleh takut hebat dan tiba-tiba dalam penggambaran tentang hari kiamat. Allah Berfirman dalam surat Al Ambiya ayat 40 Sebenarnya ia akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, lalu membuat mereka panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula mereka akan diberi tangguh. Jika bahaya yang hebat meliputi manusia dan perasaan takut menguasainya , maka segenap perhatiannya berkonsentrasi pada bahaya tersebut dalam upaya menyelamatkan diri dari bahaya itu. Perhatian manusia itu tidak berpaling dari itu. Allah berfirman dalam surat Abasa ayat 33 -37 Maka apabila datang suara keras yang meekankkan telinga. Pada hari itu seseorang akan menjauh dari saudaranya, dan ibu bapaknya, dan isteri serta anak-anaknya. Setiap orang di anatara mereka pada hari itu disibukkan oleh urusan mereka sendiri. Emosi berikutnya yang biasanya menandai stres adalah munculnya rasa sedih. Sedih terjadi manakala manusia kehilngan orang yang disayangi, sesuatu yang berharga, tertimpa bencana, atau gagal dalam mewujudkan urusan yang penting. Bapak dan ibu merasa sedih bila anak-anaknya jauh dari mereka, atau anak-anaknya terkena gangguan atau tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan. Allah melukiskan kesedihan Ya’qub karena kehilangan anaknya Yusuf Al qur’an surat Yusuf ayat 84-86 Ya’qub berpaling dari mereka , seraya berkata “Duhai duka citaku terhadap Yusuf!” Dan kedua matanya pun menjadi putih karena kesedihan, dan dia adalah orang yang memakan perasaan duka citanya. Mereka bekata., “ Demi allah, engkau senantiasa ingat kepada Yusuf sehingga engkau menjadi sangat lemah atau termasuk orang yang binasa.” Dia menjawab,” Sesungguhnya aku mengadukan duka cita dan kesedihanku kepada Allah, dan aku mengetahui dari allah apa yang tidak kalian ketahui. Al Qur’an juga melukiskan kesedihan yang menimpa orang-orang mukmin miskin yang menemui Rasulullah SAW. Memohon supaya mereka berangkat jihad bersama beliau. Namun, Rasulullah SAW. Mengatakan kepada mereka bahwa ia tidak mendapatkan lagi kendaraan yang dpat mengangkut mereka. Kemudian mereka berpaling dari beliau sambil menangis karena sedih. Kisah sedih ini dilukiskan Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 92 Dan tidak ada pula doa atas orang-orang yang ketika mereka datang kepadamu agar engkau membawa mereka, engkau katakakan, “Aku tidak mendapatkan apa yang dapat membawa kalian,” mereka pun kembali, sedang pada mata mereka meneteskan air mata karena sedih tidak memperoleh apa yang dapat mereka nafkahkan. Selain takut dan sedih, emosi lain yang muncul akibat stres adalah marah. Marah merupakan emosi yang penting pada manusia. Emosi memiliki pengaruh pada tingkah laku manusia. Sebgaimana digambarkan Allah SWT dalam Al Qur;an dalam kisan Musa ketika ia kembali kepada kaumnya. Musa mendapati mereka menyembah patung anak lembu terbuat dari emas yang dibuat As-Samiri untuk Musa Muhammad Utsman Nadjati. Psikologi dalam Al qur’an. Terj. M Zaka al Faritsi Bandung Pustaka Setia , 2005 h. 102 Muhammad Utsman Nadjati, psikologi dalam Al Qur’an . Muhammad Utsman Nadjati. Psikologi dalam Al qur’an. Terj M Zaka Al Faritsi. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality melemparkan laiuh seraya menjambak dan menarik saudaranya dengan marah. Allah melukiskan peristiwa ini dalam surat Al A’raf ayat 150 Dan ketika Musa kembali kepada kumnya dengan marah dan bersedih hati, berkatalah dia, “ Alangkah buruk perbuatan yang dilakukan oleh kaliann sesudahku! Apakah kalian hendak menyegerakan urusan Rabb kalian?” Dan Musa pun melemparkan lauh-lauh Taurat itu serta memegang kepala saudaranya sambil menarik ke arahnya. Dia berkata, “Wahai anak ibuku, sesungguhnya orang-orang ini telah menganggap aku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku. Oleh karena itu , janganlah engkau membuat musuh-musuh merasa puas melihatku, dan janganlah engkau menetapkan aku bersama kaum yang zalim.” Ketika marah terjadi, respon umum yang dilakukan adalah menghindari atau menghilangkan kendala-kendala yang menghalangi motif-matif atau tujuan-tujuan. Namun demikian, seringkali orang menyalurkan rasa marah pada orang lain, meskipuns sesungguhnya orang itu bukan merupakan pemicu marah yang dialaminya. Dalam psikologi disebit dengan pengalihan. Contohnya adalah kisah Musa yang marah kepada kaumnya yang menyembah anak lembu, yang mana kemarahan itu dipindahkan kepada Harun saudaranya. Hal ini dilukiskan oleh Allah SWT dan Al Qur’an surat Thoha ayat 92-94 Musa berkata , “ Hai Harun, apa yang menghalangimu ketika kamu melihat mereka telah sesat, hingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah membangkang perintahku?. Dia berkata,“Hai putri ibuku, janganlah kamu memegang janggutku dan jangan pula kepalaku. Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan mengatakan, “kamu telah memecah belah di antara kami Bani Ismail dan kamu tidak memperhatikan ucapanku. Beratnya stres akibat cobaan dan ujian dari Allah SWT juga digambarkan dalam al Qur’an sebagai sesak dadanya serupa orang yang naik ke langit. Begitulah Allah menimpakan beban kepada orang-orang yang beriman QS Al An’am 125. Kondisi ini merupakan kehendak Allah SWT untuk orang-orang yang hidup dalam kesesatan. Apabila diajak berpikir tentang kebenaran dan tafakur tentang tanda-tanda keesaan Allah, maka disebabkan oleh kesombongan dalam hatinya, ia menolak karena perbuatan itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Hasrat untuk mengikuti kebenaran melemah , dan setiap anjuran agama dirasakannya sebagai suatu beban yang berat yang tidak dapat dipikulnya. Gambaran orang serupa itu adalah seperti orang yang sedang naik ke langit. Semakin tinggi ia naik, semakin sesak nafasnya karena kehabisan oksigen, sehingga ia terpaksa turun kembali untuk menghindarkan diri dari kebinasaan. Dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan, agar diresapi dengan perasaan yang jernih. Demikianlah Allah menjadikan kesempitan dalam hati orang-orang yang tidak beriman , karena kekafiran itu seperti kotoran yang menutup hati mereka, sehingga ia tidak menerima kebenaran. Keadaan ini dapat disaksikan pada tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kejahatan. Gambaran beratnya stres ketika cobaan menghampiri, sementara ia berpaling dari Allah SWT, juga diungkapkan dalam surat Thoha ayar 124 Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit , dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dalam ayat ini Allah Departemen Agama RI, Al Qur’an dan tafsirnya. Jilid 3. Jakarta Lentera Abadi,2010 h. 229 Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an menerangkan bahwa orang-orang yang berpaling dari ajaran al qur’an , tidak mengindahkannnya dan menentang petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya maka sebagai hukumannya dia akan selalu hidup dalam kesempitan dan kesulitan. Dia akan selalu bimbang dan gelisah meskipun dia memiliki kekayaan, pangkat, dan kedudukan karena selalu diganggu oleh pikiran dan khayalan yang bukan-bukan mengenai kekayaan dan kedudukannya itu. Dia akan dibayangi oleh momok kehilangan kesenangan yang telah dicapainya, sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan kebencian dan kerugian dalam masyarakatnya. Kemudian di akhirat nanti ia dikumpulkan dalam keadaan buta mata hatinya. Sebagaimana dia di dunia selalu menolak petunjuk-petunjuk dari allah yang terang benderang dan memicingkan matanya agar petunjuk itu tidak terlihat olehnya, sehingga ia berlarut-larut dalam kesesatan. Demikian pula di akhirat ia tidak akan melihat suatu alasan apa pun untuk membela dirinya dari ketetapan Allah. Dari kedua surat tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa stres jika tidak dikelola dengan baik sesuai dengan petunjuk-Nya, maka kondisi stres akan semakin berat dan parah. Allah memberikan perumpamaan seperti orang naik ke langit dan dadanya sesak karena kehabisan oksigen dan mengalami kehidupan yang sempit dan sulit. SUMBER STRES MENURUT AL QUR’AN Selanjutnya menurut Al Qur’an, Allah juga menjelaskan hal-hal yang dapat menjadi sumber stres, antara lain musibah, penyakit hati, prasangka buruk kepada Allah, dan berprasangka buruk kepada orang lain. 1. Musibah Pada umumnya manusia melihat sesuatu yang terjadi yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapannya disebut dengan musibah. Dalam KBBI, musibah mengandung 3 makna, yaitu peristiwa yang menyedihkan, malapetaka, dan bencana. Menurut Al Qur’an musibah merupakan ketetapan dari Allah SWT. Sebagaimana firmannya dalam surat At Taghobun ayat 11 Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa apa yang menimpa manusia , baik yang merupakan kenikmatan dunia maupun berupa siksa adalah qada dan qadar, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah di muka bumi ini. Dalam berusaha keras, manusia hendaknya tidak menyesal dan merasa kecewa apabila menemui hal-hal yang idak sesuai dengan usaha dan keinginannya. Hal itu di luar kemampuannya , karena ketentuan Allahlah yang akan berlaku dan menjadi kenyataan. Sebagaimana firmanNya dalam surat At-Taubah ayat 51 katakanlah Muhammad, “tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman untuk melapangkan dadanya, menerima dengan segala senang hati, baik sesuai dengan keinginan, maupun yang tidak, karena ia yakin bahwa kesemuanya itu dari Allah. Oleh karenanya ketika ia tertimpa musibah mengatakan innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Departemen Agama RI, Al qur’an dan tafsirnya. Jilid 6. Jakarta lentera Abadi,2010. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality Dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa terjadinya musibah itu sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri. Sebagaimana firmanNya dalam surat Asy-Syura ayat 30 Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahanmu.Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa apa yang menimpa manusia di dunia berupa bencana penyakit dan lain-lain adalah akibat perbuatan mereka sendiri, perbuatan maksiat yang telah dilakukannya dan dosa yang telah dikerjakannya. Ayat ini ditutup dengan satu penegasan bahwa Allah mengampuni sebagian besar kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh hamba-Nya sebagai suatu rahmat besar yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya karena tidak , niscaya manusia akan dihancurkan sesuai dengan timbunan dosa yang telah mereka perbuat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fatir ayat 5 Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini,tetapi Dia menangguhkan hukumannya, sampai waktu yang sudah ditentukan. Dalam surat yang lain, Allah juga menjelaskan tentang tujuan dari ditimpakan musibah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar Rum ayat 41 Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." Dalam ayat ini Allah menerangkan terjadinya al-fasad di daratan dan lautan . al-Fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang dibuat oleh allah, yang diterjemahkan dengan “perusakan”. Perusakan itu akan bisa berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi didiami , atau bahkan penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan. Di daratan misalnya , hancurnya flora dan fauna, dan di laut seperti rusaknya biota laut. Juga termasuk al-fasad adalah perampokan, perompakan, pembunuhan, pemberontakan, dan sebagainya. Perusakan itu terjadi akibat perilaku manusia, misalnya eksploitasi alam berlebihan, peperangan, percobaan senjata, dan sebagainya. Perilaku itu tidak mungkin dilakukan oleh orang beriman dengan keimanan yang sesungguhnya karena ia tahu bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan nanti di depan Allah. Dengan pemimpaan kepada mereka musibah sebagai perusakan alam yang mereka lakukan, Allah berharap manusia sadar. Mereka tidak lagi merusak alam, tetapi memeliharanya. Mereka tidak lagi melanggar ekosistem yang dibuat oleh Allah, tetapi mematuhinya. Mereka juga tidak lagi mengingkari dan menyekutukan Allah, tetapi mengimani – Penyakit hati. Stres adalah penyakit hati. Al Qur’an menyebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 10 Dalam hati mereka terdapat penyakit. Lalu, Allah tambahkan penyakit ayat ini Allah menerangkan tentang keburukan dusta atau sikap berpura-pura, dan akibat-akibatnya. Dendam, iri hati dan ragu-ragu termasuk penyakit jiwa. Penyakit ini akan bertambah parah, bilamana disertai dengan perbuatan nyata. Misalnya rasa sedih pada seseorang akan bertambah dalam, apabila disertai dengan menangis, meronta-ronta dan sebagainya. Penyakit – penyakit dengki demikian itu Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya. Jilid 7 Jakarta Lentera Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an terdapat pada jiwa orang-orang munafik. Oleh karena itu ia memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menipu dengan sikap berpura-pura dan berusaha mencelakakan Rasul dan umatnya. Kemudian penyakit itu bertambah-tambah setelah melihat kemenagan-kemenangan Rasul. Setiap Rasul memperoleh kemenangan , semakin bertambah pulalah penyakit mereka. Terutama penyakit bimbang dan ragu-ragu., menimbulkan ketegangan jiwa yang sangat pada orang-orang munafik. Akal pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya, bahkan pancaindera mereka tidak mampu menangkap objek dengan benar, seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam surat Al A’raf ayat 179 Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata , tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah.Mereka seperti hewan ternak , bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. 3. Berprasangka buruk kepada Allah Dalam kehidupan sehari-hari, ada kecenderungan manusia untuk berprasangka buruk kepada Allah. Sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam surat Al Fajr ayat 15-17 Bila Tuhan memberi kemuliaan dan anugerah, manusia akan mengatakan bahwa Tuhan sedang memuliakannya. Dan, jika Ia menyempitkan rejekinya, manusia akan berpikir bahwa Tuhan sedang merendahkannya. Sama sekali tidak seperti itu. Dalam ayat ini Allah menyatakan menguji manusia dengan kemuliaan dan berbagai nikmat-nya , seperti kekuasaan dan kekayaan. Orang yang kafir dan durhaka akan memandang hal itu sebagai tanda bahwa Allah menyayangi mereka. Sebaliknya, bila Allah menguji mereka dengan cara membatasi rezeki, mereka menyangka bahwa Allah membenci mereka. Pandangan ini tidak benar , karena Allah memberi siapa saja yang disukai-Nya atau tidak memberi siapa saja yang tidak disukai-Nya. Allah ingin menguji manusia , dan dalam keadaan berkecukupan maupun kekurangan. Bila Allah memberi, maka manusia yang diberi harus bersyukur, dan bia Ia tidak memberi, manusia harus demikian sebagian dari manusia ingkar akan ketentuan Allah untuk bersyukur dan bersabar, terutama ketika diberikan ujian akan kekayaan atau kekurangan dan kesempitan, sehingga manusia terjebak dalam prasangka buruk kepada Allah. Prasangka buruk menimbulkan ketakutan-ketakutan. Bagi mereka yang diberikan kekayaan akan takut hartanya dikeluarkan, karena takut jatuh miskin. Adapun mereka yang diuji dengan kekurangan akan merasa cemas, takut, marah , dan muncul beragam emosi negatif lainnya. Emosi negatif itu muncul karena hembusan setan. Allah menjelaskanya di dalam surat Al fath ayat 12 Setan telah menghias prasangka itu di hati kalian. Kalian telah berprasangka buruk. Maka jadilah kalian kaum yang menderita. 4. Prasangka buruk kepada orang lain az-zann Departemen Agama RI, Al Qur”an dan Tafsirnya. Jilid 1. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya. Jilid 10, Jalaluddin Rakhmat. Tafsir kebahagiaan. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality Az-zann berarti menduga, menyangka, dan memperkirakan. Umumnya kata ini digunakan untuk sesuatu yang dianggap tercela. Ketika sangkaan itu kuat, akan melahirkan yakin hakiki, tetapi tidak dapat dikatakan yakin hakiki karena keyakinan hakiki hanya dapat diperoleh dengan ilmu. Jadi sangkaan it bersifat antara yakin dan ragu, tetapi keyakinan itu lebih kuat. Dengan demikian kata zann menunjukkan sesuatu yang belum jelas dan pasti, tetapi masih bersifat praduga. Allah melarang hambanya untuk berprasangka buruk kepada orang lain dalam surat Al Hujurat ayat 12 Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha Penerima tobat, maha penyayang. Dalam ayat ini Allah menjelaskan agar manusia menjauhi zann prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Prasangka yang tidak berdasar tentu meresahkan kehidupan bermasyarakat karena satu sama lain saling mencurigai dan akan mengakibatkan perpecahan. ANALISIS COPING STRESS MENURUT AL QUR’AN Sebagaimana dikemukakan bagian terdahulu, bahwa stres mendorong individu melakukan coping. Coping yang efektif akan mempengaruhi berkembang atau tidaknya strs yang dialami oleh seorang individu. Bagian ini akam membahas tentang coping stres sebagaimana dituntunkan oleh Al Qur’an. 1. Ikhlas Al qur’an mengajarkan kepada kita untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas hanya karena Allah semata. Keikhlasan hati akan membantu kita untuk memperoleh ketenangan, meskipun apa yang kita lakukan menui kegagalan. Sesungguhnya, jika sukses itu semua karena allah dan jika gagal akan kita kembalikan kepada Allah. Demikian pula ketika kita memperoleh cobaan, sesungguhnya itu juga ketetapan dari Allah, untuk itu kita tentu akan menerimanya dengan ikhlas. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 91 Tiada dosa lantaran tidak pergi untuk berjihad atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit, dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas, kepada allah dan Rosul-Nya, tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik dan allah maha pengampun lagi maha penyayang. 2. Sabar Al Qur’an mengajak kaum muslimin agar berhias diri dengan kesabaran. Karena, kesabaran memiliki banyak faedah dalam membina jiewa, memantabkan kepribadian meningkatkan kemampuanmanusia dalam menghadapi penderitaan, memperbaruhi kekuatan manusia dalam menghadapi masalah kehidupan., beban hidup, musibah, dan Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an bencana. Allah berfirman Hai orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolonhmu, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar. Seorang mukmin yang sabar tidak akan berkeluh kesah dalam menghadapi segala kesulitan yang menimpanya serta tidak akan menjadi lemah atau jatuh karena musibah dan bencana yang menderanya. Allah mengajar kepada kita untuk selalu bersabar, sesungguhnya apa pun yang menimpanya merupakan cobaan dari-Nya. Allah berfirman Dan sungguh kami akan memberi cobaan kepada kalian dengan sesuatu yang berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali. Mereka itu akan mendapat sholawat dari Rabb mereka dan rahmat. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan Zikir Al Qur’an menjelaskan bahwa ketekunan kaum muslimin dalam berzikir kepada Allah akan mendatangkan ketentraman hati. Zikir dapat dilakukan dengan bertasbih, bertakbir, beristighfar, bertahlil, berdoa maupun membaca Al qur’an. Allah berfirman yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tentram. Dalam surat yang lain Allah berfirman Oleh karena itu, bersabarlah kamu atas apa yang mereka katakan. Dan bertasbihlah sambil memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, dan bertasbih pulalah pada waktu malam tiba dan pada waktu-waktu siang supaya kamu merasa zikrullah , seorang individu akan merasa dekat dengan Allah SWT, serta merasa berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya. Ini akan membangkitkan rasa percaya diri, aman, dan tentram, serta bahagia. Allah berfirman Oleh karena itu , ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku pun ingat kepada Tobat Perasaan gelisah bisa hadir dalam diri individu ketika ia merasa berdosa. Al Qur’an menjarkan kita ketka terjadi persaan berdosa seharusnya kita bertobat. Dengan bertobat Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan, serta memperkuat harapan akan keridlan Allah SWT. Tobat akan memperingan kegelisahan yang dihadapi manusia. Allah berfirman katakanlah, Wahai hamba-hamba –Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, kalian jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality Allah juga berfirman Barang siapa yang melakukan kejahatan dan menzalimi diri sendiri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi maha Berpikir positif dan optimis Al Qur’an mengajarkan kepada umat muslimin untuk selalu bersyukur dalam arti berpikir positif dan optimis dalam menghadapi segala cobaan dari Allah SWT. Sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan .Allah berfirman Sungguh, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan. Dengan ayat ini terkandung makna bahwa musibah itu tidak perlu diratapi. Mengeluh dan meratapi musibah justru akan mengaktifkan gen-gen negatif untuk menginstruksikan perilaku-perilaku negatif dan mempengaruhi kondisi tubuh. Sebaliknya, yang perlu kita lakukan adalah menata hati dan pikiran untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Musibah adalah keniscayaan, akan tetapi penderitaan itu adalah sikap dan pilihan. Oleh karena itu mengubah pola pikir atau mengubah sudut pandang sangat diperlukan, agar kita terhindar dari stres atau penderitaan. Penderitaan akan musibah akan sirna dengan berpikir positif, bersyukur dan bertawakal. Allah berfirman Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya kepada Allah semata semestinya orang-orang mukmin itu Shalat Al Qur’an mengajarkan kepada umat muslimin untuk menjadikan shalat sebagai obat ketika kita mengalami penderitaan karena musibah atau cobaan lainnya. Allah berfirman Hai orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolonhmu, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang shalat” menunjukkan bahwa dalam shalat itu terdapat hubungan manusia dengan Rabb-Nya. Ketika shalat , seseorang berdiri secara khusuk dan merendahkan diri di hadapan allah SWT, penciptanya dan pencipta semesta alam Berdirinya manusia seperti ini akan memberinya kekuatan spiritual yang melahirkan perasaan kebeningan spiritual, ketentraman qalbu, dan ketenangan jiwa. Demikian pula dengan doa dan tasbih seusai melaksanakan shalat juga dapat sebagai fungsi relaksasi dan ketenangan jiwa. Pengungkapan problem-probelm yang dihadapi kepda Allah SWT dapat menjadi sarana untuk memperoleh ketenangan berfirman dan Rabb kalian berfirman, “Berdoalah kepda-Ku, niscaya aku akan memperkenankan kalian.... Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Kebahagiaan. jakarta ;Serambi,2010h. 63-64 Muhammad utsman Nadjati, Psikologi dalam Al Qur’an. Jakarta Pustaka Coping Stress Dalam Perspektif Al Qur’an KESIMPULAN Dari paparan di atas dapatlah dipetik kesimpulan bahwa Al Qur’an sebagai kitab suci umat muslim telah memberikan petunjuk terkait stres berikut bagaimana seharusnya menyikapinya supaya kita tidak terjebak dan terpuruk oleh karenanya. Al qur’an memandang stres sebagai cobaan dan ujian dari Allah SWT . Gejala stres seperti munculnya emosi negatif takut, sedih dan marah dilukiskan Allah dalam surat Al –Ambiya yat 140, Abasa ayat 33-37, surat Yusuf ayat 84-86, At –Taubah ayat 92, Al-A’raf ayat 150 dan Thoha ayat 92-94. Gejala stres yang berat digambarkan Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 125 sebagai sesak nafasnya seperti orang naik ke langit, dan dalam surat Thoha ayat 124 sebagai orang yang memiliki kehidupan yang sempit. Ada banyak sumber stres yaitu pertama musibah. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam surat At-taghabun ayat 11, Asy Syura ayat 30 dan Ar-Rum ayat 41. Kedua, Penyakit hati dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 10, Al-A’raf ayat 179. Ketiga Berprasangka buruk kepada Allah, dijelaskan dalam surat Al Fajr ayat 15-17 dan surat Al Fath ayat 12. Kempat berprasangka buruk kepada orang lain dijelaskan oleh Allah dalam surat Al Hujurat ayat 12. Allah SWT dalam al Qur’an juga memberikan tuntunan bagaimana mengatasi stres , yaitu dengan ikhlas, sabar, zikir, tobat, shalat, dan berpikir positif dan optimis. Pertama, ikhlas dijelaskan dalam Al Qur’an dalam surat At Taubah ayat 91. Kedua, Sabar dijelaskan dalam Al qur’an asurat Al Baqarah ayat 153 dan Al Baqarah ayat 155-157. Ketiga, zikir dijelaskan dalam Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 152, Surat Thoha ayat 130, dan Surat Ar Ra’d ayat 28. Kempat, Tobat, dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 53, An Nisa’ ayat 48. Kelima, berpikir positif dan optimis dijelaskan dalam Al qur’an Surat Al-Insyirah ayat 5-6 dan Al Tawbah ayat 51. Keenam shalat, dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al baqarah ayat 153 dan Surat Ghafir ayat 60. Spiritualita Journal of Ethics And Spirituality DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama Al Qur”an dan Tafsirnya. Jilid I Jakarta Lentera Abadi. Departemen Agama Al Qur’an dan Tafsirnya. Jilid VII. Jakarta Lentera Abadi. Departemen Agama Al Qur’an dan Tafsirnya. Jilid lentera AbadL Hasanah,Muhimmatul. 2016. Stress dan solusinya dalam perspektif psikologi dan Islam. Jurnal Ummul Qurra, Vol XIII, No 1. Maret 2016 Hendriani,Wiwin. .2018. Resiliensi Psikologis. Jakarta Prenada Media Group. Lazarus dan Folkman. Appraisal, dan Coping . Jakarta New York Springer Publishing Company. Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Edukasi, Volume . No 2 . Juli 2016 Nadjati,Muhammad Utsman . dalam Al Qur’ Zaka Al Faritsi. Jakarta Pustaka Setia. Nevid, Jeffrey S. dkk. Purnama ,Rahmad,2017, Penyelesaian Stres dengan Coping Spiritual, Jurnal Al Adyan, Vol XII No 1 , Januari-Juni 2017. Qur’an Asyifa. Bandung Gygma Examedia Arkanleena. Rakhmat,Jalaluddin . 2010. Tafsir Kebahagiaan. jakarta ;Serambi,2010 Yuwono, Susatyo , 2010. Mengelola Stres dalam Perspektif Psikologi dan Islam, Jurnal Psycho Idea,Tahun 8, Vol 2, Juli 2010. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this FolkmanHere is a monumental work that continues in the tradition pioneered by co-author Richard Lazarus in his classic book Psychological Stress and the Coping Process. Dr. Lazarus and his collaborator, Dr. Susan Folkman, present here a detailed theory of psychological stress, building on the concepts of cognitive appraisal and coping which have become major themes of theory and investigation. As an integrative theoretical analysis, this volume pulls together two decades of research and thought on issues in behavioral medicine, emotion, stress management, treatment, and life span development. A selective review of the most pertinent literature is included in each chapter. The total reference listing for the book extends to 60 pages. This work is necessarily multidisciplinary, reflecting the many dimensions of stress-related problems and their situation within a complex social context. While the emphasis is on psychological aspects of stress, the book is oriented towards professionals in various disciplines, as well as advanced students and educated laypersons. The intended audience ranges from psychiatrists, clinical psychologists, nurses, and social workers to sociologists, anthropologists, medical researchers, and Qur"an dan Tafsirnya. Jilid I Jakarta Lentera AbadiR I Daftar Pustaka Departemen AgamaDAFTAR PUSTAKA Departemen Agama Al Qur"an dan Tafsirnya. Jilid I Jakarta Lentera AgamaDepartemen Agama Al Qur'an dan Tafsirnya. Jilid VII. Jakarta Lentera dan solusinya dalam perspektif psikologi dan IslamDepartemen Agama Al Qur'an dan Tafsirnya. Jilid lentera AbadL Hasanah,Muhimmatul. 2016. Stress dan solusinya dalam perspektif psikologi dan Islam. Jurnal Ummul Qurra, Vol XIII, No 1. Maret 2016Wiwin HendrianiHendriani,Wiwin..2018. Resiliensi Psikologis. Jakarta Prenada Media dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Edukasi, Volume. No 2. Juli 2016Psikologi dalam Al Qur' Zaka Al FaritsiMuhammad NadjatiUtsmanNadjati,Muhammad Utsman. dalam Al Qur' Zaka Al Faritsi. Jakarta Pustaka S NevidDkkNevid, Jeffrey S. dkk. Stres dengan Coping SpiritualRahmad PurnamaPurnama,Rahmad,2017, Penyelesaian Stres dengan Coping Spiritual, Jurnal Al Adyan, Vol XII No 1, Januari-Juni Gygma Examedia ArkanleenaQur'an AsyifaQur'an Asyifa. Bandung Gygma Examedia Arkanleena. Orang beriman selalu mendapat ujian Allah Apakah kamu pernah mengalami jelaskan!Yup!benar sekali saya pernah mengalami cobaan dari allah swt dan cobaan yang diberikan kepada ku menurut saya setimpal dengan apa yang akubuat,dan saya itu selalu mengambil pemikiran bahwa apabila saya mendapatkan cobaan itu sam halnya jika saya membayar dosaku sama halnya jika kita sakit yang dimana "sesungguhnya jika anak adam sakit demam sesungguhnya itu adalah radiasi dari panasnya neraka yang dimana kami jadikan sebagai penghapus dosa baginya".=================PENJELASAN beriman orang beriman merupakan salah satu hamba allah yang diakhirat kelak dijanjikan balasan baginya yakni surga akan tetapi semua itu tdk lah muda untuk didapatkan dikarenakan selama di dunia seluruh umat manusia pasti akan di hadapkan dengan yang namanya cobaan baik anak",remaja,dewa sampai tua semunya mendaptkannya dan ini emua allah telah merencanakannya sebagai salah satu syart untuk menguji sampai dimana kemampuan kita dalam mengimani allah swt. sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-qur'an Surat Al-Baqarah ayat 155,وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ "Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ ٱلْمُجَٰهِدِينَ مِنكُمْ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبْلُوَا۟ أَخْبَارَكُمْ "Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan baik buruknya hal ihwalmu.” QS. Muhammad 31 dan sebagaimana pula yang diterangkan dalam Surah Al-Baqarah Ayat 286 لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya. Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung. Jadi,semua yang pernah kita alamai baik suka dan duka itu semua merupakan ujian atau cobaan dari allah swt dalam menguji keimanan kita terhadanya dan tdk rasa sudah cukup sekian dan terimakasih!!!===================PELAJARI LEBIH LANJUT1. Definisi iman Contoh sikap beriman Hikmah beriman kepada kitab kitab allah JAWABANMapel SMPMateriBeriman Kepada Allah SWTKata Kunci Iman, Tawaqqal, Rukun ImanKode soal14Kode Kategorisasi

orang beriman selalu mendapat ujian allah apakah kamu pernah mengalami